Renungan Minggu, 15 Februari 2015 – Transfigurasi
Dalam ibadah Minggu Transfigurasi, umat merayakan peristiwa Yesus menyatakan kemuliaanNya. Di hadapan tiga orang muridNya, tubuh Yesus memancarkan kemuliaan ilahiNya. Musa dan Elia juga hadir dalam peristiwa transfigurasi Yesus. Keduanya juga berada dalam kemuliaan ilahi. Peristiwa transfigurasi Yesus terjadi sesaat sebelum Ia menderita, disalibkan dan bangkit dari kematianNya. Dengan demikian, kematian Yesus di atas Gunung Golgota diapit oleh dua peristiwa kemuliaanNya, yaitu peristiwa transfigurasi dan kebangkitanNya.
Di Markus 9:9, Tuhan Yesus berkata: “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceritakan kepada seorang pun apa yang telah mereka liat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.” Jadi, ketiga orang muridNya akan memahami dengan benar makna peristiwa transfigurasi manakala mereka kelak menyaksikan kemaitan dan kebangkitan Kristus.
Tubuh kemuliaan Yesus pada saat transfigurasiNya berkaitan erat dengan tubuh kebangkitanNya. Karena itu, seandainya kebangkitan Kristus tidak didahului dengan transfigurasi, maka kisah kebangkitan hanya akan menjadi mitos. Sebab, dalam peristiwa kebangkitan Yesus tidak ada para saksi. Namun, dalam peristiwa transfigurasi Yesus, ketiga orang muridNya, yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus menyaksikan secara langsung. Peristiwa transfigurasi dan kebangkitan Yesus mempersaksikan jatidiri Yesus yang sesungguhnya sebagai Anak Allah yang kekal, mulia, dan berkuasa.
Peristiwa kematian Yesus di atas kayu salib diapit oleh dua peristiwa kemuliaan ilahi, yaitu peristiwa transfigurasi dan kebangkitanNya. Karena itu, kematian Yesus adalah wujud dari kemuliaan Allah dalam perendahanNya. Penderitaan dan kematian Kristus ditempatkan dalam rencana kekal keselamatan Allah, sehingga melalui penderitaan dan kematian Kristus, Allah menyatakan pendamaian dan pemulihan yang menyeluruh bagi seluruh semesta dan umat manusia.
Transfigurasi Yesus dinyatakan Allah bukan sekadar agar Yesus siap untuk menderita dan wafat diatas kayu salib, namun lebih daripada itu. Melalui kematian dan kebangkitan Krisuts, umat percaya dihisapkan dalam kemuliaan ilahi. Sebagaimana Musa dan Elia dimuliakan dalam peristiwa transfigurasi Yesus, demikian pula umat percaya akan dimuliakan dalam terang ilahi, yaitu persekutuan dengan Kristus. Dalam terang kemuliaan Kristus saat transfigurasiNya, keberadaan kemanusiaan kita pada saatnya akan dimuliakan allah. Karena itu, panggilan setiap umat untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan harkat kehidupan sesama adalah bagian yang esensial dalam memahami makna transfigurasi Yesus.
Tinggalkan Balasan