Renungan Minggu, 17 Mei 2015 – Paskah VII
Tidak diragukan, kasih Yesus kepada murid-muridNya sangat besar. Dari pemanggilan, penghimpunan, pengajaran, sampai dengan pengutusan murid-muridNya, Yesus, Sang Guru dan Tuhan, adalah Sahabat yang baik bagi murid-muridNya. Yesus membuka diriNya, dan menyatakan diriNya sebagai “jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6) bagi mereka yang dikasihiNya. Bahkan, Dia pun rela mengurbankan diriNya agar sahabat-sahabatNya terlepas dari kuasa dosa, dan beroleh hidup yang abadi. Kata Yesus, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13).
Besarnya kasih Yesus tergambar dalam doaNya untuk para murid-muridNya. Doa menjelang perpisahan dengan murid-muridNya itu menegaskan relasi yang akrab antara Yesus, Sang Anak, dan Allah Bapa. Tidak hanya itu, kalimat demi kalimat yang Dia panjatkan juga mengungkapkan bahwa Dia berelasi dekat dengan murid-muridNya. Yesus menaruh harapan kepada BapaNya, agar para murid hidup dalam satu persekutuan kasih dan dikuduskan dalam kebenaran firman.
Pada Minggu Paskah VII, menjelang Hari Raya Pentakosta, hari turunnya Roh Kudus, yang mengawali kesaksian kesaksian jemaat mula-mula, umat diajak untuk menghayati doa Tuhan Yesus yang penuh kasih untuk murid-muridNya. Dengan penghayatan ini, umat pun pada gilirannya mau hidup sesuai dengan harapan Yesus, yaitu “dikuduskan dalam kebenaran firman”. Umat dapat memuliakanNya dengan belajar taat kepada firman Allah di tengah kehidupannya sehari-hari. Seperti dinyatakan penulis Mazmur 1, orang yang kesukaannya firman Allah, “Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mzm. 1:3). Jadi, dengan menghayati doa Tuhan Yesus pada Minggu Paskah VII ini, umat diharapkan semakin menyadari pentingnya Roh Kudus dalam hidup agar mereka sungguh “dikuduskan dalam kebenaran firman”. (Dian Penuntun edisi 19, halaman 209 – 210).
Tinggalkan Balasan