Renungan Minggu, 7 Januari 2024 – Perjamuan Kudus
Kata “pencitraan” kerap muncul di masa menjelang Pemilu. Walau sebenarnya tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi ketika dikaitkan dengan dunia politik, kata “pencitraan” ini selalu bermakna negatif. Orang yang melakukan pencitraan dipandang sebagai orang yang tengah menampilkan diri yang berbeda dari dirinya yang sejati.
Mungkin dengan tutur kata yang nampak santun dan menarik, dengan bentuk perhatian dan kepedulian kepada kelompok kecil dan tersisih, dengan melakukan aksi-aksi yang mengundang berbagai decak kagum. Namun semua penampilan itu hanyalah pencitraan semata untuk “mencari muka” di tengah masyarakat dan berkenan di hati rakyat namun demi mendulang suara yang ditujukan bagi kepentingan dirinya sendiri.
Pencitraan bisa juga dilakukan manusia dalam hal peribadahan. Supaya nampak saleh, demawan, setia dsb. Di hadapan manusia, pencitraan kesalehan, yang dilakukan melalui peribadahan ini, bisa jadi tampak baik. Akan tetapi di hadapan Tuhan, pencitraan semacam ini akan menjadi kesia-sian. Tuhan tidak akan berkenan kepada manusia yang hanya membangun kesalehan yang palsu.
Hari ini kita merayakan Minggu Pembaptisan Yesus. Injil Markus memcatat kisah ini sebagai peristiwa pertama tentang Yesus.
Yesus dibaptiskan bukan karena Ia berdosa, melainkan bagian dari solidaritas-Nya pada orang berdosa yang akan memuncak pada peristiwa salib saat Ia merengkuh maut. Pada peristiwa pembaptisan Yesus, terjadilah teofani Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang disertai dengan suara tentang jati diri Yesus sebagai Sang Anak yang dikasihi dan berkenan kepada Allah.
Peristiwa yang menakjubkan ini tidak hanya mengungkapkan tentang jati diri Yesus semata namun memberi makna bahwa di dalam Yesus yang dikasihi dan berkenan kepada Allah, manusia yang percaya kepada-Nya juga dapat mengalami kuasa Allah yang memberi kehidupan. Di dalam Dia manusia mengalami kehidupan orang percaya supaya hidupnya penuh dengan rasa syukur sehingga tidak perlu membangun pencitraan di hadapan Tuhan.
Di dalam Yesus kita telah memiliki citra yang baik, yakni dikasihi dan berkenan kepada Allah, tanpa perlu menciptakan pencitraan apapun, baik di hadapan manusia maupun dihadapkan Allah. Tidak berhenti sampai di sana, setiap orang percaya dipanggil untuk menunjukkan kualitas hidup sebagai orang yang dikasihi dan berkenan kepada Allah dengan ikut serta dalam gerak solidaritas Kristus bagi orang berdosa.
(Dian Penuntun Edisi 37).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 2
- KJ 358:1-2
- KJ 39:1-2
- Mazmur 29
- PKJ 265:1-2
- KJ 183:1-2
- NKB 204: 1,4
Tinggalkan Balasan