Renungan Minggu, 1 Januari 2023
Beberapa tahun yang lalu dalam sebuah koran nasional, terdapat iklan satu halaman besar dengan pesan yang sangat singkat:
“Tahun baru, resolusi baru, apa kabar resolusi lama?”
Pesan singkat yang membuat pembacanya merenung, jika tahun baru selalu membuat orang terdorong untuk membuat resolusi baru, lalu bagaimana dengan resolusi lama? Masihkah ada yang mengingat resolusi yang lama? Sudah terpenuhi atau tidak? Atau telah lewat begitu saja.
Membuat resolusi merupakan cara seseorang untuk bisa memberi semangat pada dirinya sendiri, bahwa ia punya target dan pencapaian yang harus lebih baik dari kemarin. Karena itu, menulis apa yang menjadi resolusinya dianggap dapat menolong seseorang untuk bisa bergerak ke arah yang baik.
Namun harus disadari, resolusi bukan sekadar tulisan yang bisa ditempelkan pada papan kerja sebagai reminder. Berani menulis resolusi berarti harus berani berkomitmen dan kerja lebih keras untuk bisa mewujudkannya. Ada banyak cara yang ditempuh untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi resolusi, namun yang penting yang harus kita lakukan, itulah yang menolong agar dapat menjadikan resolusi sebagai bagian dari perjuangan hidup selama satu tahun yang akan dilewati.
Ibarat sebuah penggaris busur, ada garis alas busur dan ada bagian yang melengkung, mari kita mencoba menempatkan teks Alkitab dalam bacaan ini di tempatnya masing-masing. Sebagai titik awal alas busur, kita bisa meletakkan bacaan Mazmur yang berbicara tentang bagaimana Allah memandang manusia sebagai pribadi yang berharga di mata-Nya.
Selanjutnya, Injil kita tempatkan di titik akhir alas busur, yang menggambarkan bagaimana akhir hidup manusia di mana Allah mengapresiasi manusia yang berjuang untuk sesama selama ia hidup di dunia, juga bagaimana Allah menegur mereka yang tidak peduli pada sesama. Di antara dua titik tersebut, kita letakkan kitab Pengkhotbah yang mengajarkan tentang semua ada waktunya dan bagaimana manusia harus menjalani hari-harinya dalam cinta kasih Allah.
Kitab Wahyu kita tempatkan sebagai busurnya, penghubung antara titik awal dan akhir, Allah yang adalah Alfa dan Omega, yang memegang kendali seluruh hidup kita dari awal sampai akhirnya.
Tinggalkan Balasan