Renungan Minggu, 7 Juli 2013 – Perjamuan Kudus
Eka Darmaputera pernah mengingatkan Gereja untuk berhati-hati dan selalu waspada dalam berkarya di tengah-tengah dunia ini. Seharusnya gereja diutus Tuhan untuk menjadi garam dan terang dunia, namun yang terjadi adalah sebaliknya: Gereja digarami dan diterangi oleh dunia ini. Hal ini dapat terjadi karena anggota gereja adalah sekaligus juga anggota dunia atau masyarakat. Karena itu, betapa mudahnya anggota gereja, yang belum menyadari tugas panggilannya sebagai pengikut Kristus, terpengaruh oleh gaya atau cara dunia, yang kemudian mempengaruhi keberadaan gereja Tuhan di dunia ini.
Peristiwa demi peristiwa, seperti tindakan ketidakadilan, kekerasan dan permusuhan antar manusia yang berbeda budaya dan agama, kerakusan para elit politik yang mengakibatkan kematian sia-sia dari sejumlah besar manusia, tekanan-tekanan yang dilakukan terhadap pihak yang lemah, terjadi di dunia. Semua peristiwa ini, tentu saja, menyebabkan ketidaktenangan dan hilangnya kenyamanan untuk dengan tulus mempercayai orang lain. Orang yang satu mencurigai tindakan orang yang lain; setiap tindakan dikuatirkan selalu saja ada unsur politisasi dibaliknya. Orang saling mendahului untuk mendapatkan pengakuan. Akibatnya, masyarakat menjadi apatis, seolah tidak lagi punya pengharapan; atau tepatnya, tidak lagi mau mengharapkan terjadinya hal-hal baru yang menakjubkan.
Di tengah situasi ini, apakah ‘tugas perutusan’ gereja hari ini masih relevan? Apabila tugas perutusan masih menjadi bagian penting dalam pelayanan gereja di tengah dunia ini, maka Dia, yang memulihkan hubungan Allah dengan manusia, juga akan memberikan kuasa pada gereja untuk hadir di tengah dunia ini sebagai pemulih, sehingga damai sejahtera Allah dapat mengalir dan dirasakan oleh masyarakat yang rindu terjadinya pemulihan. Seharusnya gereja hadir sebagai pemulih, memulihkan sikap apatis masyarakat, menjadi pionir pemulihan ketidakadilan, penindasan, dan keserakahan, dengan tindakan kasih dan peduli: memberi harapan segar pada dunia yang kelam bahwa perubahan adalah sebuah kepastian di dalam Tuhan.
Tinggalkan Balasan