Renungan Minggu, 24 Juni 2018
Badai merupakan istilah simbolis bagi kehidupan yang diwarnai dengan persoalan atau masalah. Saat manusia menghadapi badai (kehidupan), pada kenyataannya ada beragam respons yang manusia tunjukkan, seperti: 1. Bersungut-sungut. 2. Marah kepada Tuhan. 3. Mngutuki Tuhan. 4. Putus asa. Sikap yang paling ekstrim dari hal ini adalah bunuh diri. 5. Menaruh percaya dan bersyukur kepada Tuhan. Sekalipun ini sikap yang jarang ditunjukkan oleh manusia, namun ini adalah sikap yang benar. Di balik hujan pasti ada pelangi; di balik kerang ada mutiara; di balik badai pasti ada makna kehidupan yang bisa didapat – di mana didalamnya ada karya Tuhan yang menyertai umat-Nya.
Di sisi lain, kenyataan hidup kita menunjukkan bahwa yang namanya badai itu akan selalu mewarnai kehidupan manusia. Tidak ada kehidupan yang tanpa diwarnai oleh badai – sekecil apapun badai itu. Suatu kali anak jatuh sakit, di lain waktu ada sikap sinis dari teman sekantor karena kita bersikap benar, atau rekan sepelayanan yang iri dan ingin menjatuhkan kita.
Sebagai umat beriman, hal yang perlu diwujudkan adalah melihat pengalaman hidupnya di masa lalu, yakni pada saat menghadapi badai, adakah jejak-jejak pertolongan Tuhan di dalamnya? Persoalannya adalah, dalam dunia yang terjebak pada “pemujaan kecepatan” (istilah dari Carl Honore dalam bukunya In Praise of Slow), kesempatan untuk melihat pengalaman hidup di masa lalu tersebut jadi sukar terwujud, sebab pikiran kita sudah disibukkan dengan persoalan-persoalan di masa kini.
Padahal, merasakan tindakan Tuhan di tengah badai menjadi sesuatu yang penting untuk mempeteguh iman percaya kita. Pernyataan ini dilandaskan pada keyakinan bahwa Allah itu Mahakuasa. Ia sesungguhnya mampu hadir di tengah badai, untuk menyatakan kuasa dan kasih-Nya kepada kita. Melalui tema khotbah pada hari ini, umat hendak diingatkan bahwa Allah memegang kendali atasnya. Di sisi lain, badai yang terjadi merupakan kesempatan bagi kita untuk menyaksikan kasih dan kuasa Allah. (Dian Penuntun Edisi 26).
Tinggalkan Balasan