Renungan Minggu, 16 November 2014
Ragu adalah kata sifat yang seringkali nyata dalam hidup manusia. Keraguan hinggap pada orang muda, dan juga pada orang tua yang telah banyak pengalaman. Keraguan pun dapat muncul pada orang yang berilmu. Apakah ‘meragukan Tuhan dan firmanNya’ adalah salah satu keraguan yang kita miliki?
Di zaman ini, banyak orang kesulitan menjalankan firman dan kehendak Tuhan. Dunia yang kita tinggali semakin kuat menarik kita kepada hal-hal yang berlawanan dengan kehendakNya.
Egosentrisme memancing anak manusia untuk mengarah pada diri sendiri. Banyak orang meragukan panggilan untuk ‘hidup bersama’ dan memikirkan kepentingan bersama. Mereka, yang berpikir demikian, meragukan kebaikan yang akan terjadi saat mengerjakan firmanNya. Mereka, yang memilih terhisab dalam egosentrisme, berpikir juga bahwa mereka akan melawan ‘dunia’. Mereka bertanya, “Apakah kami mampu melakukan itu? Bukankah kami akan melawan arus? Bagaimana kalau kami mengalami kerugian saat mengikuti kehendak Tuhan?” Keyakinan akan firman dan Tuhan yang memperlengkapi pelaksanaannya tergerus di sana dan di sini.
Egosentrisme adalah satu dari begitu banyak tantangan firman dan iman. Umat berhadapan langsung dengan kesulitan untuk memilih antara firman Tuhan atau tawaran dunia ini. Kesulitannya adalah memantapkan kemauan, dan membuang keraguan akan hidup yang sesuai firmanNya. (Dian Penuntun edisi 18, halaman 235 – 236).
Tinggalkan Balasan