Renungan Minggu, 19 November 2023
Hari Minggu ini adalah hari Minggu biasa terakhir sebelum minggu mendatang kita masuk pada akhir tahun liturgi (Minggu Kristus Raja). Menjelang penutupan tahun liturgi, lewat bacaan-bacaan leksionaris yang ada, kita diajak untuk merenungkan apa artinya bijak beselancar dalam waktu. Tentu saja istilah berselancar di sini adalah sebuah kiasan, yang berarti mengarungi waktu dengan bijak. Seperti seorang peselancar yang menghadapi naik-turunnya gelombang laut, maka kehidupan kita dalam waktu pun serupa itu.
Mengapa perihal waktu ini menjadi penting? Sebab ia ditekankan dalam bacaan leksionaris kita. Bacaan pertama, menyinggung tentang hari TUHAN sudah dekat (Zef 1:7). Lalu dalam Mazmur tanggapan, ada permohonan “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm 90:12) Bacaan kedua, bicara tentang hari Tuhan yang datang seperti pencuri (1Tes 5:2).
Sementara bacaan Injil, ia memang tidak menyingung waktu secara tersurat. Namun di dalamnya, kita mendapat pesan tentang bagaimana kita perlu menjalani tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan pada waktu yang tersedia, yakni sebagaimana para hamba mengelola talenta yang dipercayakan kepada mereka sampai sang tuan menjadi waktu yang tersedia bagi para hamba untuk mengelola talenta yang dipercayakan kepada mereka secara bijak. Di situlah kita melihat bahwa bacaan Injil pun sesungguhnya berbicara tentang waktu.
Oleh karena itu, lewat khotbah pada hari Minggu ini, kita hendak bicara tentang waktu – yang sesungguhnya terbatas – untuk dapat diselancari secara bijak. Waktu bagi setiap orang dalam 1 hari, berjumlah sama: 24 jam.
Namun cara setiap orang mengatur waktu dan menjalani kegiatan dalam jumlah waktu yang sama, bisa berbeda-beda. Apa yang membedakan? Ada sejumlah hal, seperti prioritas, tanggung jawab, orientasi, dsb, Dalam hal prioritas, misalnya: ketika seorang pegawai memprioritaskan untuk mengejar kenaikan jabatan, maka ia akan berusaha menggunakan waktu kerja yang tersedia untuk menunjukkan kinerja yang memuaskan atasannya. Kalau perlu ia bekerja lebih lama daripada pegawai-pegawai lainnya.
Namun, hal tersebut bisa berbeda dengan pegawai yang memprioritaskan pentingnya kehadiran diri bagi keluarga. Pegawai yang demikian, berusaha menyelesaikan tugasnya tepat waktu, sehingga tidak perlu mnjalani lembur, agar dapat pulang lebih awal guna berkumpul dengan keluarganya. (Dian Penuntun Edisi 36).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- NKB 7:1-2
- KJ 438:1-3
- PKJ 128:1,3
- Mazmur 90:1-12
- NKB 208:1-2
- PKJ 274:1,3
Tinggalkan Balasan