Renungan Minggu, 7 September 2014
Mengumpulkan umat dalam jumlah besar dapat dengan mudah dilakukan dengan menyediakan berbagai hal yang menyenangkan, seperti memberikan makanan dan hadiah, mengundang artis terkenal, atau mengundang pengkhotbah yang sedang popular. Cara-cara semacam itu masih sering menjadi jurus andalan agar kebaktian atau persekutuan doa, atau acara lainnya di gereja, dapat terselenggara dengan ‘sukses’. Majelis Jemaat atau panitia pun akan merasa puas bila melihat banyak orang yang hadir dalam acara tersebut. Kuantitas atau jumlah kehadiran memang masih sering menjadi tolok ukur keberhasilan.
Dalam konteks persekutuan umat, ukuran keberhasilan yang sejati bukan hanya terletak pada kuantitas, melainkan kualitas. Kualitas dalam hal ini berkaitan erat dengan sejauh mana persekutuan umat dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat bertumbuh bagi orang-orang yang ada di dalamnya sehingga mereka menjadi semakin dewasa dalam iman dan semakin peduli terhadap sesamanya. Dengan kualitas persekutuan umat seperti itulah maka gereja akan semakin efektif berperan menjadi mitra Allah untuk menghadirkan damai sejahtera di dunia.
Ada sebuah pepatah berbahasa inggris yang berbunyi, “A friend in need is a friend indeed” (“Seorang sahabat pada masa kekurangan adalah seorang sahabat sejati”). Masa-masa sukar merupakan ujian untuk mengetahui kualitas persahabatan. Pepatah tersebut juga berlaku untuk persekutuan umat. Kualitas persekutuan umat tidak bisa dilihat dari banyaknya orang yang hadir untuk menikmati berbagai macam suguhan yang menyenangkan, melainkan dari kesediaan umat bertumbuh dan berjuang bersama ketika dihadang oleh berbagai bentuk tantangan dan kesulitan. (Dian Penuntun edisi 18, halaman 121-122).
Tinggalkan Balasan