Renungan Minggu, 1 Januari 2017 – Tahun Baru
Tahun baru dirayakan oleh gereja sebagai suatu ajakan untuk melihat makna hidup ke masa depan. Hidup beriman dihayati dalam perspektif eskatologis. Melihat karya dan janji Allah yang luar biasa di masa depan. Di sanalah kesempatan bagi manusia tersedia.
Merayakan tahun baru berarti merayakan hidup sebagai kesempatan. Akan tetapi, tidak semua orang mampu melihat hidup sebagai kesempatan. Ada juga orang yang melihat hidup sebagai rutinitas. Bagi mereka yang melihat hidup sebagai rutinitas pastilah tidak akan mampu melihat adanya perbedaan yang berarti antara pengantian hari, bulan, atau tahun. Biasa-biasa saja, toh itu terus terjadi dalam hidup ini hanya soal perubahan angka. Karena itu mereka tidak memerlukan perencanaan dan resolusi. Bagi mereka, semua perencanaan dan resolusi tersebut tidaklah penting.
Tentu pandangan ini tidak sepenuhnya salah apabila perencanaan dan resolusi tidak diwujudkan dalam suatu tindakan. Berbagai perayaan pengantian tahun kadang memang tampak seperti pesta yang tanpa makna. Bahkan malahan jatuh dalam jebakan rutinitas yang menjemukan. Hidup sebagai kesempatan adalah ajakan untuk melakukan refleksi diri. Diawali dengan kesadaran, kalau kita masih diberikan kesempatan memasuki tahun baru ini maka kita perlu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kesempatan. Selanjutnya, kita perlu bertanya, kesempatan macam apa yang tengah Tuhan berikan? Akankah kesempatan yang Tuhan hadirkan dalam hidup ini kita manfaatkan secara bertanggung jawab? (Dian Penuntun, Edisi 23).
Tinggalkan Balasan