Renungan Minggu, 28 November 2021
Permulaan tahun liturgi diawali dengan masa Adven, yaitu masa penantian kedatangan Tuhan. Tahun ini, siklus kalender gerejawi telah memasuki tahun liturgi C. Artinya pijakan teologi Injil Lukas akan jauh lebih banyak digumullkan oleh jemaat ketimbang Injil yang lain.
Bukan hanya itu, lensa dari Injil Lukas inilah yang akan menerangi lanskap besar dalam setiap bacaan leksionari baik dalam bacaan Perjanjian Lama, antar bacaan Mazmur dan juga surat-surat. Maka, semakin tajam jemaat menemukan pesan dalam Injil, maka sekuat itulah mereka punya jangkar untuk mengaitkan pesan Injil dalam setiap bacaan Leksionari setiap minggunya untuk kchidupan sehari-hari.
Seperti layaknya babak awal dalam setiap drama, masa adventus pertama selalu menampilkan dua pesan atau dua wajah besar pada bagian depan sebagai sinopsisnya. Pertama, adventus yang menghayati kedatangan Kristus dalam diri Yesus dari Nazaret. Bagian pertama inilah kisah kedatangan Yesus yang penuh dengan keajaiban dimunculkan kembali dalam memori iman orang percaya.
Lukas memberi pesan yang cukup banyak serta kesan emosional yang kuat dalam setiap dinamika palakunya. Ambil contoh saja Maria. Ia diperkenalkan di mata dunia dengan sudut pandang yang unik, dimana seorang perawan mengandung. Para gembala, gambaran yang paling miskin dan hina dari kalangan masyarakat mendapat kemurahan melihat bayi Yesus.
Ada juga nama-nama lain seperti Elisabeth, Zakharia, dan juga Simeon. Semua nama-nama itu diperkenalkan oleh Lukas untuk menyatakan bagaimana sang bayi ajaib, yang disebut Yesus itu akan hadir dan datang bagi dunia yang berdosa. Peristiwa datangnya bayi inilah bagi gereja juga dirayakan dalam Natal.
Namun, lepas dari drama perayaan Natal, pesan kuat dari bagian pertama ini adalah kehadiran Kristus dalam diri Yesus benar-benar terjadi. Setiap kisah-Nya mulai dari kelahiran sampai kepada kematian diceritakan sedemikian rupa luar biasa oleh Lukas, agar setiap pembacanya percaya bahwa Dialah Juruslamat manusia. Juruslamat itu datang.
Bagian kedua, Yesus hadir “menjadi hakim”. Akan tiba saatnya bahwa setiap manusia akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan dan tindakannya di hadapan takhta Allah. Kapan itu akan terjadi? Saat kedatangan Anak Manusia tiba. Lukas menceritakan bagaimana kedatangan Yesus yang menjadi hakim ini, tak ada seorang pun yang tahu, hanya Bapa yang tahu. Anak pun tidak.
Namun demikian, Lukas memberi informasi penting bagi setiap orang percaya, walaupun mereka tidak tahu kapan kedatangan Anak Manusia itu namun mereka dapat mengetahui tanda-tandanya seperti yang diberitakan Yesus kepada murid-murid-Nya saat masih bersama-sama. Tandanya adalah saat alam semesta akan berhadapan dengan ketakutan dan kebingungan, baik itu matahari, bulan, bintang-bintang, bahkan juga orang-orang (Lukas 21:25-26).
Sekurang-kurangnya, alam semesta ini akan berguncang luar biasa, saat Anak Manusia datang. Bisa jadi akan muncul ketakjuban, namun juga kengerian. Maka apa yang bisa dilakukan umat manusia pada saat kondisi seperti ini? Tidak tahu.
Namun, agar manusia siap menjumpai peristiwa itu, setidaknya inilah nasihat penting saat Lukas mencatatnya yaitu “lebih baik berjaga-jaga dan berdoa”. Berjaga-jaga dan berdoa, tindakan aktif untuk menguatkan hati, pikiran dan jiwa, apabila hari Tuhan itu terjadi.
Catatan bagian awal ini menjadi penting bagi bekal menyelami masa-masa adven berikutnya. Dapat dikatakan bagian awal ini menentukan perjalanan panjang selama memasuki kalender gerejawi dalam bangunan spiritualitas umat bersama. (Dian Penuntun Edisi 32).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 81:3
- NKB 50:1-3
- NKB 13:1,3
- PKJ 125 (2x)
- Mazmur 25:1-10
- KJ 291:1,2
- SUKACITA LAHIR
Tinggalkan Balasan