Renungan Minggu, 3 Juni 2012
Minggu Trinitas adalah momen yang sangat baik untuk menegaskan kembali dasar iman Kristen pada Allah Trinitas. Doktrin Trinitas sesungguhnya merupakan “tata bahasa iman” (grammar of faith) Kristen, yang di dalamnya dan melaluinya seluruh doktrin yang lain dipersatukan dan dapat dipahami secara utuh. Ia juga adalah “lensa iman”. Dengan memakai lensa ini, melaluinya seluruh dimensi kehidupan dapat dipandang dan dimengerti dengan lebih jernih. Itu sebabnya, tidak berlebihan jika Catrerine M. LaCugna, seorang teolog, menyebut Trinitas sebagai doktrin Kristen yang paling praktis, sebab doktrin ini merambah seluruh dimensi kehidupan kristiani kita.
Pada Hari Minggu Trinitas tahun ini, umat diajak untuk menghayati bahwa Allah Trinitas adalah Allah yang begitu jauh, namun sekaligus begitu dekat. Ia adalah Allah yang transenden dan imanen sekaligus. Kedua dimensi ini – Allah yang jauh dan Allah yang dekat – terjembatani melalui sebuah keyakinan bahwa Allah menyatakan diri kepada ciptaan-Nya, dan bersedia dikenali, melalui Yesus Kristus di dalam kuasa Roh kudus. Dan, itulah sesungguhnya makna “misteri” dalam iman Kristen.
Memang, Alkitab tidak pernah memakai kata Trinitas barang satu kali pun (sama seperti kata “Alkitab” [biblos atau biblia] juga tidak ada di dalam Alkitab). Namun, ini tidak berarti Alkitab tidak mengajarkan cara berpikir trinitaris. Sebaliknya, seluruh Alkitab perlu dibaca lewat kacamata trinitaris. Keempat bacaan kita memberi kesempatan kepada umat untuk memahami struktur pemahaman trinitaris, yang pada gilirannya menopang gagasan utama kita, bahwa Allah Trinitas yang kekal dan suci itu adalah Allah yang jauh sekaligus dekat.
Tinggalkan Balasan