Renungan Minggu, 28 Februari 2016 – Pra Paskah III
Istilah “tomat” pernah menjadi populer menjadi singkatan “tobat terus kumat”. Istilah ini dirujukan kepada seseorang yang mudah sekali mengatakan ia bertobat tetapi tidak lama kemudian ia kembali melakukan hal yang tidak baik atau kesalahan yang sama. Pertobatan hanya menjadi hal yang diungkapkan di mulut, tetapi tidak diwujudkan dalam perbuatan yang dilakukan yang menunjukkan pertobatannya.
Dalam Perjanjian Lama, kata “tobat” dalam kata Ibrani “syuv” yang berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah.
Dalam Perjanjian Baru, kata “tobat” dalam bahasa Yunani “metanoia dan metanoeo” berarti bertobat, menyesal dan memperbaiki kesalahan. Arti asasi dari kedua kata Yunani itu adalah perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yang terungkap dalam perangai atau perilaku seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus yang melahirkan kembali orang itu. Kata kedua dalam bahasa Yunani tentang pertobatan adalah “epistrefo”. Dalam arti harafiah kata ini diterjemahkan “kembali” atau “berpaling”. Jadi kata epistrefo menunjuk kepada tindakan “putar balik” atau “pertobatan” kepada Allah, unsur yang sangat menentukan dan dengan itu orang berdosa – Yahudi atau non-Yahudi – masuk kedalam eskatologis Kerajaan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus dan menerima pengampunan dosa.
Jelaslah disini bahwa pertobatan atau bertobat itu bukanlah tindakan yang statis atau pasif, melainkan pertobatan atau berobat itu haruslah merupakan tindakan yang aktif. Bertobat atau pertobatan itu bukan hanya diam tapi ada usaha atau upaya untuk berbalik dari hal yang salah yang dilakukan kepada hal yang benar. Jadi bukan seperti “tomat” — “tobat kumat” yang hanya menjadi tindakan pasif dan tidak menunjukkan perubahan dalam cara hidupnya, pertobatan atau tobat yang sesungguhnya itu adalah tindakan aktif untuk berbalik dari dosa dan menghasilkan karya nyata dalam kehidupannya yang sesuai dengan kehendak Tuhan. (Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan