Renungan Minggu, 24 Maret 2019 – Minggu Pra-Paskah III
Masa Prapaskah adalah masa untuk bertobat dan berbalik kepada Allah. Pertobatan tak cukup berhenti sebagai sebuah penyesalan yang ritual dan formal saja, melainkan kesediaan untuk mengarahkan diri kembali kepada kehendak Allah. Di Minggu Prapaskah yang ketiga ini umat dipanggil untuk menyadari kemandulan hidupnya, lalu menjawab undangan untuk kembali kepada Tuhan agar mendapat daya baru untuk menunaikan tugas mentransformasi kehidupan.
Kemandulan hidup nyata ketika kasih Allah belum menggerakkan kita untuk lebih mengasihi sesama dan alam, belum membawa kita pada hidup yang mendatangkan damai sejahtera, belum menggerakkan kita pada karya keadilan, belum mendorong kita untuk bersikap jujur dan bertindak benar di hadapan Allah dan sesama. Cinta kepada Allah seharusnya membuat kita makin inklusif, terbuka terhadap perubahan, namun nyatanya iman kita masih saja bermuara pada eksklusivitas, ketertutupan, kepura-puraan dan terlalu sibuk menilai dan mengkritisi pihak lain, tanpa sadar bahwa sesungguhnya kita juga tak kalah bejat dari mereka yang kita pandang sebelah mata.
Dalam konteks yang demikian bacaan leksionari kita menggemakan sebuah kegentingan untuk segera menyadari bahwa kasih karunia Allah hanya akan secara penuh kita terima ketika kita mengubah hati dan hidup kita agar tertuju kepada Allah dan sesama. Kita diajak untuk menyadari bahwa anugerah tiada batas yang dari atas itu ditempatkan Allah dalam kerangka waktu kehidupan kita yang terbatas. Kita didorong untuk menggunakan kesempatan berbalik di tengah situasi yang pelik dan dengan demikian akan terhindarkan hidup kita dari kehampaan, bahkan kebinasaan hidup. (Dian Penuntun Edisi 27).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 17:1-2
- NKB 204:1,2,4
- PKJ 244:1-2
- NKB 111:1,3,5
- Pribadi Yang Mengenal Hatiku
- Betapa Hatiku
- PKJ 185:1,3,5
Tinggalkan Balasan