Renungan Minggu, 16 Juli 2017
Pada minggu ini, Intisari berita Injil menjadi tema atau topik pemberitaan firman. Bacaan lain menjadi komplemen penunjang. Berita dalam minggu ini adalah bahwa firman Tuhan berkuasa; firman yang ditaburkan akan tumbuh dan menghasilkan buah-buah; sebuah kehidupan yang berkenan kepada Allah, dan yang diberkati.
Dalam perikop Injil Matius yang kita bahas saat ini, benih firman Tuhan yang ditaburkan dan yang dapat bertumbuh dan berbuah secara statistik “hanya” 25%. Statistik ini tidak dihitung dari jumlah benih yang disebarkan tetapi dari sisi tempat jatuhnya firman. Dalam ‘perumpamaan tentang seorang penabur’, firman Kerajaan Sorga yang jatuh di tanah yang baik berbuah berlipat ganda, sedangkan firman yang jatuh di tiga tempat lain, yaitu di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, dan di tengah semak duri, gagal tumbuh alias layu dan mati (Matius 13:1-9).
“Statistik” dalam perumpamaan di atas memunculkan pertanyaan reflektik: “Bagaimanakah “statistik” dari firman Tuhan yang diberitakan dalam setiap kebaktian dan pada kesempatan lain, dalam kegiatan di jemaat Tuhan sekarang ini? Apakah firman Tuhan itu tumbuh dengan baik di dalam hati kita dan menghasilkan buah pada waktunya? Kita dapat berefleksikan diri untuk merenungkan kembali efektivitas pertumbuhan dan “produktivitas” firman Tuhan yang diwartakan dan didengar oleh kita. Bagi mereka yang dipanggil untuk ikut menjadi pewarta firman, benih yang tumbuh dan berbuah menjadi penghiburan besar atas jerih payah mereka. (Dian Penuntun Edisi 24).
Tinggalkan Balasan