Renungan Minggu, 9 Desember 2018 – Advent II
Minggu ini memasuki Advent II, dalam penghayatan mempersiapkan kehadiran Ilahi yang memulihkan kehidupan. Di tengah-tengah keterpurukan akibat penguasa itu, suara Ilahi dinyatakan melalui utusan-Nya Yohanes Pembaptis. Pemimpin adalah seorang yang dijadikan teladan yang mengarahkan pada kebenaran. Apa jadinya jika pemimpin justru menunjukkan kehidupan moralitas yang bobrok dan bertindak tidak adil?
Hal ini akan berdampak rusaknya tatanan masyarakat. Persoalan ini agaknya masih menjadi masalah kita saat ini, masih ada berita-berita penangkapan pejabat atau pemimpin karena tindakan moralitas: seperti korupsi, tindakan asusila, keadilan yang bisa diperjualbelikan, dan kebenaran yang dimanipulasi. Siapa yang paling merasakan dampak dari kebobrokan ini? Orang lemah, miskin, tak punya kekuasaan; yang semakin terpinggirkan dan terhimpit.
Dalam situasi ini perlu ada yang berani menyampaikan kebenaran yang memberi dampak pemulihan. Tidak mudah untuk dilakukan, karena tantangannya menyampaikan kebenaran pada penguasa dan pemimpin. Gereja maupun orang-orang di dalamnya seringkali memilih diam mencari aman, ketimbang terlibat dalam menyuarakan kebenaran.
Dalam penghayatan Advent II, melalui bacaan leksionari menolong kita sebagai gereja dan umat beriman untuk berani menyuarakan suara Ilahi, suara kebenaran di tengah-tengah kebobrokan moralitas masyarakat dan penguasa. Hal tersebut dalam rangka mengupayakan pemulihan kehidupan yang lebih baik. (Dian Penuntun Edisi 26).
Tinggalkan Balasan