Renungan Minggu, 8 Juli 2018
GKI memahami dirinya sebagai persekutuan umat Allah yang dipanggil untuk mengerjakan misi-Nya di dunia ini. Perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan diperjuangkan untuk mencapai damai sejahtera (shallom dan eirene). Panggilan ini bukan hanya menjadi panggilan gereja sebagai institusi tetapi juga bagi setiap umat secara pribadi di lingkungan masing-masing.
Panggilan ini memiliki tantangan yang besar. Banyak sekali ketidakadilan dan kebenaran yang kita jumpai dalam kehidupan sesehari. Kadang kala itu terjadi di komunitas kami masing-masing. Tantangan itu terkadang begitu menyesak. Kita sering merasa lemah dan rapuh. Kita sering takut gagal, merasa gagal, atau merasa tidak mampu mengerjakan panggilan mewartakan berita kebenaran Allah.
Terbukti banyak orang beriman menyerah dengan pertemanan. Mereka memilih meninggalkan kebenaran karena “ewuh-pakewuh”. Di tengah deraan kelompok yang berjumlah lebih besar, banyak orang percaya memilih diam dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Bahkan banyak yang meninggalkan iman percaya pada Kristus, karena tuntutan dan desakan pekerjaan.
Benar! Kita anak manusia (ben-adam) adalah makhluk yang rapuh dan lemah. Hal ini tidak perlu disangkal. Kita memang perlu menyadari dan menerima diri sebagai manusia yang rapuh dan lemah. Dengan kesadaran ini membuat kita menjawab panggilan Allah, yaitu kekuatan Allah sendiri. Dengan kesadaran akan kerapuhan ini, manusia akan dijauhkan dari kesombongan yang dapat membuatnya jatuh. Kata Allah, “Temukan kelemahan dan kamu akan tahu kekuatan-Ku!”.
… sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna …
Tinggalkan Balasan