Renungan Minggu, 17 Juli 2022
Saat ini Indonesia sudah menapaki era Industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan kehidupan yang serba digital dan otomatis. Meski sempat seolah mengalami pelambatan seiring dengan pandemi yang melanda dunia, namun sesungguhnya pandemi yang terjadi justru semakin mempercepat perubahan kepada dunia dengan digitalisasi dalam semua aspek.
Pergeseran yang sangat cepat ini juga diiringi dengan tuntutan tersedianya SDM yang mampu bergerak dengan cepat dalam merespon dan mencapai semaksimal mungkin hasil. Irama kehidupan yang semakin cepat dan menuntut ini ternyata juga merasuk dalam kehidupan bergereja kita. Gereja dituntut untuk tidak sekedar berhenti pada gaya konvensional namun harus bergereak aktif demi menyediakan pelayanan yang “memenuhi selera” masa kini.
Berbagai kegiatan dan kesibukan menjadi indikator terhadap “kesuksesan” komunitas gerejawi. Semakin banyak kegiatan, semakin maju dan baik pada penilaiannya. Sayangnya, selain menjebak komuitas gerejawi dalam situasi hectic yang melelahkan. Hal ini ditengarai tak membawa dampak yang significant terhadap perubahan perilaku sebagai tanda pertumbuhan iman.
Kesibukan demi kesibukan pelayanan telah membawa gereja sekedar organisasi namun kehilangan keindahan dan keteduhan bersama dengan Tuhan yang dilayaninya. Di tengah realita yang demikian inilah hari ini kita hendak kembali belajar dan merefleksikan pelayanan kita sebagai gereja-Nya, apakah kita telah sungguh-sungguh menjadi gereja-nya yang membawa dampak perubahan ditengah umat manusia kepada arah yang lebih baik. Apakah yang sesungguhnya dikehendaki Tuhan Sang Kepala Gereja untuk kita sebagai gereja –Nya lakukan?
(Dian Penuntun Edisi 34).
Tinggalkan Balasan