Renungan Minggu, 7 Mei 2023 – Paskah V
Kitab Hagai adalah kitab yang jarang dibaca, dalam kitab di Perjanian Lama termasuk kitab terpendek kedua setelah kitab Obaja yang hanya berisi 2 pasal atau 38 ayat. Sekalipun pendek, kitab ini amat penting, karena: Menceritakan titik balik sejarah orang Israel, yang menceritakan kembali sisa-sisa orang yahudi yang pulang ke Yerusalem dari pembuangan Babel.
Siapa Hagai? Seorang nabi yang mendapat Firman Tuhan untuk disampaikan kepada Zerubabel bin Sealtiel Bupati Yehuda kepada Yosua bin Yozadak imam besar dan kepada semua bangsa Yahudi. Isinya dapat disimpulkan – agar bangsa Yahudi meneruskan kembali Pembangunan Bait Allah. Mengapa? Pembangunan Bait Allah terhenti kurang lebih 14 tahun (mangkrak).
16 tahun yang lalu, tatkala bangsa Yahudi pulang dari Babel yang dipimpin Zerubabel atas izin Koresy, Koresy juga mengeluarkan dekrit agar bangsa Yahudi membangun kembali Bait Allah atau Rumah Tuhan. Baru kurang lebih berjalan 2 tahun, Koresy diganti oleh Artahsasta. Di zaman Artahsasta, orang-orang Samaria datang membawa surat ditujukan kepada sang raja yang isinya memfitnah bangsa Yahudi, hoaks, dengan mengatakan yang tidak-tidak:
Mereka mengatakan orang yahudi sedang membangun kota durhaka dan jahat, jika pembangunan sudah selesai mereka akan memberontak, tidak mau bayar pajak, upeti dan bea. Kalau pembangunan selesai, maka pasti menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa lain seperti yang sudah terjadi sebelumnya. Maka raja Artahsata menghentikan pembangunan tersebut. Padahal pembangunan tersebut sudah sampai taraf pondasi, sehingga terbengkalai selama 14 tahun.
Kali ini Firman Tuhan datang dengan perantara Hagai, mengingatkan bahwa bangsa Yahudi harus kembali meneruskan pembangunan Bait Allah. Tetapi bagaimana jawab mereka? Ayat 2: ”Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan”. Kalau kita perhatikan perkataan tersebut hanyalah alasan bangsa Israel. Memang Pembangunan pernah di stop pada zaman raja Artahsasta akibat ulah orang-orang Samaria, tetapi sekarang bukan zaman Artahsata lagi, melainkan zaman raja Darius.
Darius adalah raja yang simpatik terhadap orang Yahudi, raja yang dekat dengan Daniel. Zaman Darius adalah zaman emas bagi bangsa Yahudi, mereka mempunyai kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan dan khususnya untuk membangun Bait Allah. Tetapi mereka mengatakan “Belum tiba waktunya untuk membangun kembali Rumah Tuhan”
Itu bukan alasan yang tepat dan masuk akal, karena mereka enggan membangunnya, sehingga mereka mengatakan perkataan seperti itu. Mereka membangun rumah-rumah pribadi dengan baik.
Hagai 1:9b – “Oleh karena rumahKu yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri”, Hagai 1:4 “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumahKu menjadi reruntuhan?”
Jadi bukan karena dilarang oleh raja, tetapi karena keegoisan mereka sendiri.
Bagi Israel Bait Allah adalah lambang hubungan mereka dengan Allah. Menelantarkan Bait Allah adalah wujud bahwa mereka telah meremehkan Allah. Tatkala mereka mempunyai hubungan yang buruk, mereka tidak mengindahkan Bait Allah. Sekalipun mereka mengatakan kami mengasihi Tuhan, sebetulnya mereka lebih mengasihi kepada diri mereka sendiri, bukan Tuhan, buktinya mereka membangun rumah yang indah, tetapi mengabaikan rumah Tuhan.
Mari kita mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan, bukan asal-asalan memberi, tetapi keluar dari hati yang bersyukur karena berkat yang kita rasa. Kiranya Tuhan menolong kita. hs/hs
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 13:1-13
- KJ 354:1-2
- PKJ 271:1-3
- MAZMUR 118
- NKB 208:1-3
- PKJ 288:1,3,4
Tinggalkan Balasan