Renungan Minggu, 24 Januari 2016
Pada dasarnya Epifani ditampilkan melalui kehadiran Allah pada pengalaman membaca Alkitab dan mendalaminya. Membaca Alkitab dalam banyak hal sudah menjadi rutin bagi banyak orang percaya. Namun membaca Alkitab sebagai ritual kesalehan pada dirinya sendiri belum secara otomatis membawanya kepada pendalaman yang seharusnya dan perjumpaan dengan Tuhan. Khususnya ketika banyak orang membaca Alkitab dengan bantuan renungan-renungan tiap hari yang sudah jadi. Ini merupakan upaya yang baik tentu saja. Namun sedalamnya hal yang baik itu, yang memberikan input lebih banyak, tetapi pada proses tertentu justru menghalangi orang percaya mendapatkan output otentik dari “suara” atau berita Firman itu sendiri. Tema ini mau mendorong jemaat untuk membaca dan mendengar Firman Allah melalui pembacaan Alkitab dan tidak mempersamakannya dengan sumber-sumber lainnya.
Perikop-perikop hari ini memperlihatkan bagaimana pembacaan Alkitab menampilkan Epifani Tuhan kepada para pendengar yang berlain-lainan, serta dinamika spiritual yang mendasarinya. Sering kali tujuan-tujuan Kristiani diupayakan tanpa pangkal atau landasan yang mendalam, oleh sebab itu berinterksi dengan Firman Tuhan itu sendiri menjadi lebih penting daripada sumber refleksi manapun. Hanya dengan “Bacalah dan Dengarlah” atau membaca dan mendengarkan Firman itu sendiri, maka nilai-nilai dan aksi-aksi Kristiani akan mewujud-nyata. Dengan proses itulah tema ini ingin meraih tujuan “Umat memberi diri dipandu Firman Tuhan untuk mewujudkan kebenaran dan keadilan bagi seluruh bangsa dimana belas kasih dan pengampunan menjadi bagiannya”. (Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan