Renungan Minggu, 7 November 2021
Memberi dan mencuri adalah dua kata yang berlawanan. Memberi berarti menyerahkan sebagian hak atau harta kita untuk kepada orang lain, sedangkan mencuri berarti mengambil hak atau harta orang lain untuk diri kita sendiri. Tentu, sebagai orang-orang beriman, kita diajar untuk memberi, bukan mencuri. Di dalam Sepuluh Perintah Allah, kita menemukan larangan: “Jangan mencuri”. Sejak zaman Perjanjian Lama, Tuhan mengajar umat-Nya untuk menghargai dan melindungi hak orang lain. Di zaman Perjanjian Baru, Yesus mengajar para murid-Nya untuk memberi dan melakukannya dengan cara yang benar (Matius 5:42; 6:1-4).
Namun demikian, tidak selalu mudah untuk memberi. Kita cenderung melindungi hak atau harta kita sendiri dan kurang peduli terhadap hak atau harta orang lain. Itulah sebabnya beberapa bentuk pencurian sering dianggap wajar. Misalnya, pencurian waktu kerja, yaitu datang terlambat, melakukan pekerjaan pribadi pada jam kerja, dan pulang sebelum waktunya. Demikian pula pencurian kekayaan intelektual (copyright), seperti memfotocopy seluruh buku atau menggunakan sofware bajakan, sering dilakukan tanpa merasa bersalah. Jadi, selain harus berjuang melawan keegoisan kita sendiri, kita juga harus berhadapan dengan paradigma sosial yang lebih berpihak pada perilaku mencuri daripada memberi.
Mendorong perilaku memberi dan melawan perilaku mencuri sangat penting dan relevan bagi kita orang-orang Kristen di Indonesia. Seperti kita tahu, negara kita masih berjuang melawan salah satu bentuk pencurian yang paling sulit diberantas, yaitu korupsi. “Korupsi telah membudaya di Indonesia,” kata bung Hatta ketika ia menjadi penasihat presiden pada tahun 1970. Bagaimana memberantas korupsi yang sudah membudaya di negeri ini? Salah satu cara yang efektif adalah mengembangkan budaya sebaliknya, yaitu budaya memberi atau budaya bermurah hati.
Teks leksionari hari ini mengajak kita melihat bahwa memberi merupakan wujud kemenangan moral terhadap budaya korupsi dan keserakahan pada umumnya. Kita juga diajak untuk lebih rela berkorban dalam memberi dan menghayatinya sebagai wujud dari spiritualitas murid-murid Kristus. Dengan demikian, kita dapat mengambil bagian dalam pengembangan budaya memberi atau budaya bermurah hati. (Dian Penuntun Edisi 32).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 8:1-2
- Mazmur 146 (B)
- KJ 410:1-2
- KJ 298:1,3
- NKB 139 (2x)
- KJ 424:1-2
Tinggalkan Balasan