Renungan Minggu, 7 November 2010
Dalam Lukas 20:28-33, beberapa orang Saduki datang kepada Tuhan Yesus dengan mengajukan pertanyaan tentang kebangkitan. Sebagaimana diketahui, bahwa orang-orang Saduki tidak mempercayai adanya kebangkitan. Mereka secara prinsip bersikap seperti kaum materialisme yaitu setelah kematian tidak ada lagi kehidupan. Itu sebabnya orang-orang Saduki datang kepada Tuhan Yesus dengan mengajukan suatu kasus seorang wanita yang menikah sampai 7 kali. Wanita tersebut menikah sampai 7 kali karena pria yang dinikahinya selalu mati. Pada akhirnya wanita tersebut juga mati. Pertanyaan orang-orang Saduki tersebut adalah: “Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia” (Lukas 20:33).
Isi pertanyaan orang-orang Saduki didasarkan realitas kehidupan di bumi ini. Logikanya karena di dunia ini wanita tersebut telah menikahi 7 orang pria, maka kelak di “surga” wanita tersebut akan menikahi salah seorang dari ketujuh pria tersebut. Jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Saduki tersebut adalah: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan” (Lukas 20:34-36).
Jawaban Tuhan Yesus menegaskan kebenaran tentang kehidupan setelah kematian dan Allah yang hidup. Ayub di tengah-tengah penderitaannya tetap beriman kepada Allah yang hidup yang disebutnya sebagai Penebus. Kiranya kebenaran ini menjadi iman dan pegangan hidup kita.
Leksionari Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
Tinggalkan Balasan