Renungan Minggu, 6 Juli 2014 – Perjamuan Kudus
Bagi sejumlah orang, penuntun (guide) atau penolong (assistant) bisa dimaknai sebagai pihak yang berposisi lebih rendah. Seorang guide bertugas melayani turis agar mereka tidak tersesat dan mengantar mereka berbelanja ke tempat yang diinginkan. Seorang asisten di kelas bertugas menolong para guru profesional dalam mengajar dan menyediakan materi ajar di kelas. Asisten juga menolong para montir, tukang ledeng, dan pengacara dalam pekerjaan mereka. Karena tidak seterampil para pekerja profesional, para asisten ini mungkin dipandang sebelah mata.
Di sisi lain, seorang penuntun dan penolong juga bisa dimaknai sebagai seorang yang lebih berpengalaman, lebih mengerti keadaan, melihat dalam perspektif yang lebih luas, mengerti apa yang lalu, yang sekarang, dan yang akan terjadi di masa yang akan datang; Seperti orang tua yang menuntun dan menolong anaknya dalam melakukan hal-hal sederhana sampai membuat keputusan-keputusan penting dalam kehidupan. Tuntunan bersifat arahan, sementara pertolongan adalah sarana intervensi ketika seorang anak tidak sanggup menjalani hidup dengan kapasitasnya sendiri.
Di balik tema Allah menuntun dan menolong terdapat nilai relasi yang bersifat dialogis antara Allah dan manusia. Allah tidak hanya dihayati sebagai ‘Pribadi Berdaulat’, yang menetapkan segala sesuatu, tetapi juga sebagai ‘Sosok Mahakasih’, yang memampukan umat berjalan dalam ketetapan-Nya, melalui tuntunan dan pertolongan-Nya. Sebab hidup ini adalah milik dan ciptaan-Nya, maka tidak ada pribadi yang lebih mengenal arah kehidupan selain dari pada Allah. Karena itu, dalam kehidupan beriman tuntunan dan pertolongan Allah adalah hal yang mutlak dibutuhkan oleh manusia. (Dian Penuntun, edisi 18).
Tinggalkan Balasan