Renungan Minggu, 11 September 2016
Pemahaman teologis dan iman kepada Allah memiliki implikasi pada tindakan etis-moral dalam kehidupan umat. Melalui Kristus, umat memeroleh gambaran karakter dan karya Allah yang penuh dengan kerahiman. Melalui penyataan Allah dalam karekter-Nya yang Maharahim tersebut, umat meneladani sehingga mereka senantiasa peduli kepada sesama yang terhilang. Dalam iman kepada Kristus, umat tidak hanya memikirkan kepentingan dan keselamatannya sendiri, tetapi utamanya adalah memikirkan kepentingan dan keselamatan orang lain. Kita cenderung tidak ingin mencari yang hilang apalagi kita menganggap masih memiliki banyak. Misalnya gembala yang memiliki 100 ekor domba tetapi yang hilang Cuma satu ekor. Bukankah masih ada 99 ekor domba? Seorang perempuan memiliki uang 10 dirham tetapi yang hilang Cuma satu dirham, bukankah dia masih memiliki 9 dirham? Dalam perumpamaan di Lukas 15: 1-10, Yesus menekankan aspek nilai kehidupan individual manusia, yaitu nilai hidup seseorang tidak ditentukan oleh jumlah atau banyaknya ia memiliki sesuatu. Kita sering memperlakukan nilai hidup individual manusia seperti kita memiliki suatu benda. Di hadapan Allah nilai hidup individual manusia adalah unik dan berharga sehingga tidak dapat digantikan oleh yang lain.
Rahmat Allah menaungi setiap umat tanpa terkecuali. Allah tidak menghendaki seorangpun yang hilang tersesat. Dia mencari setiap orang yang hidupnya jauh dari keselamatan. Setiap umat dipanggil untuk mencari yang hilang, menghargai dan menjaga mereka yang ada.
Setiap umat adalah gembala yamg memiliki pola spiritualitas yaitu meneladan pada karakter Allah yang tercermin dalam kehidupan dan karya Kristus. Melalui hidup dan karya Kristus, Allah menyatakan karakter dan karya-Nya yang dilandasi oleh kerahiman-Nya untuk menyelamatkan setiap orang yang terhilang. (Dian Penuntun, Edisi 22).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KPPK 22: 1-3
- PKJ 29: 1-3
- NKB 163:1-2
- NKB 179: 1,3
- KJ 439
- NKB 165:1,3
Tinggalkan Balasan