Renungan Minggu, 13 April 2014 – Pra Paskah VI (Minggu Palma)
Keinginan menjadi seorang pemenang tampaknya sudah menjadi bagian dari kemanusiaan kita. Kita tidak perlu memberikan pendidikan khusus bagi seseorang untuk memahami arti kata ini. Saudara boleh menguji ini dengan cara mengumpulkan beberapa anak-anak kecil, lalu minta mereka berbaris rapi sejajar dengan sebuah sendok yang berisi gundu pada mulut mereka masing-masing. Beri sedikit waktu untuk membisikkan perlahan pada salah satu anak itu: “kamu jadi pemenang yah”. Lihatlah, maka dia tidak akan bertanya panjang lebar apa arti kata itu pada Saudara. Dia mengerti bahwa Saudara sedang meminta dia untuk mengalahkan orang lain. Ironisnya, pendidikan mengalahkan orang lain untuk menjadi seorang pemenang ini kita terus ajarkan dengan cara yang menyenangkan seperti misalnya lewat permainan-permainan.
Berbeda dengan pemahaman menjadi pemenang dalam pengertian di atas, bacaan kita hari ini hendak mengajarkan arti menjadi pemenang yang tidak mengalahkan orang lain. Melalui penelusuran teks-teks yang kita akan gumulkan bersama, kita akan dituntun untuk hidup menjadi seorang pemenang dalam pengertian yang tidak mengorbankan kemenangan orang lain, tetapi kemenangan diri sendiri.
Gambaran tentang hamba Tuhan akan memperjelas kepada kita apa artinya mengorbankan kemenangan diri sendiri dan dalam kondisi apa itu terjadi. Dengan demikian, kita akan mendapatkan inspirasi bagaimana sesungguhnya menjadi seorang pemenang.
Tinggalkan Balasan