Renungan Minggu, 23 Maret 2014 – Pra Paskah III
Wikipedia menyebutkan bahwa Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil3) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Kekurangan air akan membuat kehidupan ini terancam dan penuh dengan penderitaan, itulah sebabnya beberapa tahun ini kita semua diingatkan untuk melakukan “hemat air” dalam rangka menyelamatkan bumi. Sebegitu pentingnya air sehingga bangsa Israel menjadi ribut ketika mereka kekurangan air di padang gurun. Kita pun seringkali merasa gundah ketika merasa hidup ini terancam karena kekurangan air, namun sayangnya kita lebih suka mencari “air” yang lain daripada “air hidup”. Air yang kita anggap dapat menghilangkan dahaga kita.
Kita lupa bahwa sebagai orang Kristen atau anak Tuhan maka hidup kita bukan berarti terlepas dari segala permasalahan dan penderitaan. Sama seperti bangsa Israel, bangsa yang secara khusus dipilih oleh Tuhan bahkan disertai secara langsung, juga menemukan berbagai macam persoalan dalam perjalanan tersebut. Masalahnya adalah bagaimana cara kita menyikapi segala permasalahan dalam hidup kita? Apakah kita kemudian menyalahkan Tuhan lalu mencari “air” lain yang menurut kita bisa memuaskan dahaga kita? Ataukah kita akan tetap berpegang teguh pada iman yang telah dikaruniakan kepada kita? (Dian Penuntun Edisi 17, hal. 227-228).
Tinggalkan Balasan