Renungan Minggu, 29 September 2019
Bicara tentang Indonesia, tidak akan dapat dilepaskan dari keberagaman dan kemajemukan. Betapa tidak, negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, dihuni oleh masyarakat dengan berbagai macam suku dan latar belakang adat istiadat, serta agama yang berbeda-beda. Itulah keistimewaan Indonesia, berbagai macam manusia dengan berbagai macam kebiasaan ada di dalamnya.
Pasti ada saja sekumpulan orang yang memilih untuk tidak mau bergaul dengan semua kalangan, dan hanya mau berinteraksi dengan orang-orang tertentu saja (misalnya seagama atau sesuku), tetapi orang-orang yang seperti ini tidak menyadari, bahwa mereka tidak akan bisa lepas dari keberadaan orang lain (baca: yang berbeda) dalam segala hal yang mereka jalani. Tidak mungkin ada orang yang seumur hidupnya tidak pernah bergaul atau mendapatkan bantuan dari orang lain yang berasal dari kalangan yang berbeda, baik secara langsung maupun tak langsung.
Relasi dan ketegangan yang terjadi antara orang Samaria dengan orang Lewi atau bangsa Yahudi pada umumnya, menjadi sebuah contoh masalah yang terjadi pada masa ketika Tuhan Yesus berkarya. Bahkan Tuhan Yesus sendiri beberapa kali mengalami bagaimana “pengasingan” yang beberapa kali dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi dan orang-orang Farisi terhadap diri-Nya sendiri.
Kalau kepada Yesus saja mereka berani, kita bisa membayangkan bagaimana sikap para pemuda agama Yahudi ini terhadap orang-orang Samaria ini. Kisah orang Samaria yang murah hati ini menjadi semacam kritik bagi mereka yang dengan mudahnya menorehkan stigma tertentu kepada kalangan lain, yang membuat mereka tidak lagi dipandang sebagai layaknya manusia.
Tuhan Yesus menekankan tentang sesama manusia, bukan dari suku atau kalangan yang sama, melainkan dari apa yang dilakukannya bagi orang lain. Orang Samaria, tanpa merasa perlu tahu siapa orang yang ditolongnya, bersedia menempuh berbagai resiko untuk memprioritaskan keselamatannya. Sungguh sebuah teguran bagi kita yang suka pilih-pilih dalam menolong atau berbuat sesuatu bagi orang lain.
Nama GKI (Gereja Kristen Indonesia) adalah nama yang dipilih dengan berbagai pertimbangan yang sangat serius. Yaitu bahwa GKI sadar betul, sebagai anak Tuhan yang ada di Indonesia, kita harus mampu berkarya dan menjadi berkat di negara ini. Bahkan warga GKI harus menyadari juga bahwa keberadaan kita bukan sebagai “orang asing” tapi sebagai bagian dari tumpah darah Indonesia.
Sehingga sebagai salah satu implikasi yang nyata adalah, kita harus mampu menjalin relasi dengan sesama manusia, mereka yang berasal dari suku, agama, golongan ataupun kalangan mana pun juga. Dan tak akan menahan diri untuk melakukan sesuatu bagi mereka ketika memang kesempatan itu tiba. Mari tetap meng Indonesia dengan kesadaran penuh bahwa segala karya yang kita lakukan bagi bangsa ini, telah kita lakukan juga bagi Dia, Allah pemersatu dan penolong kita. (Pdt. Eddo Ega W.).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 4:1-2
- Mazmur 133
- KJ 467:1-3
- PKJ 176
- KJ 337:1-3
- Kita Kawan Sekerja-Nya;
Tinggalkan Balasan